MARI JAGA DAN LESTARIKAN KEINDAHAN ALAM YANG TIADA TERKIRA
Indonesia
adalah negara kepulauan terbesar di dunia, dengan panjang garis pantai lebih
dari 81.000 km, serta lebih dari 17.508 pulau. Terumbu karang yang luas
melindungi kepulauan Indonesia. Walter, 1994 mengestimasi luas terumbu karang
Indonesia sekitar 51.000, sedangkan Tomascik menyebutkan bahwa luas terumbu karang 85.707. Angka ini belum termasuk terumbu karang di wilayah terpencil yang
belum dipetakan atau yang berada di perairan agak dalam. Jika estimasi ini
akurat, maka 51% terumbu karang di Asia Tenggara, dan 18% terumbu karang di
dunia, berada di perairan Indonesia. Sebagian besar dari terumbu karang ini
bertipe terumbu karang tepi (fringing
reefs), berdekatan dengan garis pantai dan mudah diakses oleh komunitas
setempat. Terumbu karang alami ini mempunyai peran penting dalam mendukung
kelestarian sumberdaya ikan dan organisme laut, serta
berfungsi sebagai pelindung pantai dari aktifitas gelombang dan arus.
Peranan
dan potensi terumbu karang dan ikan karang Indonesia yang berlimpah mendapat tekanan yang beragam dari aktivitas
manusia di daratan dan dari alam itu sendiri seperti praktik penangkapan ikan yang merusak, aktivitas rekreasi pantai, penyaluran kotoran ke
laut, masuknya nutrien yang melebihi ambang batas serta oleh kelebihan
tangkapan ikan suatu perairan overfishing
dimana jika spesies
dan kepadatan ikan pemakan alga mengalami penurunan, maka akan berakibat pada
pertumbuhan alga yang lebih cepat dan akan menutupi terumbu karang. Aktivitas lain yang dapat menyebabkan kerusakan
terumbu karang secara fisik adalah kegiatan penyelaman, penambatan kapal dengan
sistem jangkar, endapan pecahan
karang di dalam sedimen dan pencemaran dari industri termasuk power plant. Tahun 1997-1998, peristiwa
El Nino telah menimbulkan pemutihan karang secara luas di Indonesia, terutama
di wilayah barat Indonesia. Pemutihan karang terjadi di bagian timur Sumatra,
Jawa, Bali, dan Lombok. Di Kepulauan Seribu (perairan bagian utara Jakarta),
sekitar 90-95% terumbu karang hingga kedalaman 25 m mengalami kematian. Secara
kumulatif, tekanan-tekanan yang terjadi telah sangat merusak terumbu karang
Indonesia.
Menurut
Dahuridan Supriharyono, dari luas terumbu karang yang ada di Indonesia sekitar
51.000 km2 diperkirakan hanya 7 % terumbu karang yang kondisinya sangat baik,
33 % baik, 45 % rusak dan 15 % lainnya kondisinya sudah kritis. Kondisi terumbu
karang yang memprihatinkan tersebut diperparah dengan lemahnya koordinasi dan
perencanaan lemaba terkait dalam pencegahan kerusakan dan kegiatan monitoring
terumbu karang. Kegiatan monitoring yang dilakukan sangat terbatas. Hanya
beberapa area terumbu karang yang dikaji secara rutin, sehingga data kondisi
dan perubahan untuk keseluruhan sangat sulit diperoleh.
Pengertian Terumbu Karang
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis
tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae.
Terumbu karang termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel. Kelas Anthozoa tersebut terdiri
dari dua subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul, morfologi dan fisiologi.
Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut polip. Dalam bentuk sederhana, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk. Namun pada kebanyakan spesies, satu individu polip karang akan
berkembang menjadi banyak individu yang disebut koloni. Hewan ini memiliki
bentuk unik dan warna beraneka rupa serta dapat menghasilkan CaCO3.
Terumbu karang merupakan habitat bagi berbagai spesies tumbuhan laut, hewan laut dan mikroorganisme laut lainnya yang belum diketahui.
Terumbu karang secara umum dapat dinisbatkan kepada struktur fisik
beserta ekosistem yang menyertainya
yang secara aktif membentuk sedimen kalsium karbonat akibat aktivitas biologi (biogenik) yang
berlangsung di bawah permukaan laut. Bagi ahli geologi, terumbu karang merupakan struktur batuan sedimen dari kapur (kalsium
karbonat) di dalam laut, atau disebut singkat dengan terumbu. Bagi
ahli biologi terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang dibentuk dan
didominasi oleh komunitas koral.
Dalam peristilahan terumbu karang, karang adalah koral, sekelompok hewan dari ordo Scleractinia yang menghasilkan kapur sebagai pembentuk
utama terumbu. Terumbu adalah batuan sedimen kapur di laut, yang juga
meliputi karang hidup dan karang mati yang menempel pada batuan kapur
tersebut. Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari karang maupun
dari alga. Secara fisik
terumbu karang adalah terumbu yang terbentuk dari kapur yang dihasilkan oleh
karang. Di Indonesia, terumbu berasal dari kapur yang sebagian besar dihasilkan koral. Kerangka karang mengalami erosi dan terakumulasi menempel di dasar terumbu.
Habitat Terumbu Karang
Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih
terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m
di bawah permukaan laut. Beberapa tipe terumbu karang dapat hidup jauh di
dalam laut dan tidak
memerlukan cahaya, namun terumbu karang
tersebut tidak bersimbiosis dengan Zooxanhellae dan tidak membentuk karang.
Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan tropis, sangat
sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi, eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine). Demikian halnya dengan perubahan suhu lingkungan akibat
pemanasan global yang melanda perairan tropis di tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang
diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%. Selama peristiwa pemutihan
tersebut, rata-rata suhu permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3 °C
di atas suhu normal.
Untuk dapat
bertumbuh dan berkembang biak dengan baik,
terumbu karang membutuhkan kondisi lingkungan hidup yang optimal, yaitu pada
suhu hangat sekitar di atas 20oC. Terumbu karang juga memilih hidup
pada lingkungan perairan yang jernih dan tidak berpolusi. Hal ini
dapat berpengaruh pada penetrasi cahaya oleh terumbu karang.
Beberapa terumbu karang membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan
kegiatan fotosintesis. Polip-polip penyusun terumbu karang yang terletak pada bagian atas
terumbu karang dapat menangkap makanan yang terbawa arus laut dan juga
melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, oksigen-oksigen hasil fotosintesis yang terlarut dalam air dapat dimanfaatkan oleh
spesies laut lainnya. Hewan karang sebagai pembangun utama terumbu adalah organisme laut yang
efisien karena mampu tumbuh subur dalam lingkungan sedikit nutrisi (oligotrofik).
Fotosintesis Terumbu Karang
Proses fotosintesis oleh alga menyebabkan bertambahnya produksi kalsium karbonat dengan menghilangkan karbon dioksida dan merangsang reaksi kimia. Fotosintesis oleh alga yang bersimbiosis
membuat karang pembentuk terumbu menghasilkan deposit cangkang yang terbuat
dari kalsium karbonat, kira-kira 10 kali lebih cepat daripada karang yang tidak
membentuk terumbu (ahermatipik) dan tidak bersimbiosis dengan Zooxanthellae.
Faktor Pembatas
Beberapa faktor biologi-fisik yang
mempengaruhi pertumbuhan terumbu karang adalah sebagai berikut:
- Up-Welling
Secara
alami, badan air yang stabil mempunyai karasteristik bersalinitas tinggi dan
bersuhu rendah pada lapisan yang lebih dalam. Akibat dinamika massa air yang
disebabkan oleh arus, kondisi batimetri dan faktor-faktor lain menyebabkan
fenomena up-welling. Arus up-welling ini
membawa massa air dingin dari lapisan bawah ke lapisan substat terumbu karang.
Bila suhu massa air tersebut dibawah ambang batas toleransi bagi kelangsungan
metabolisme terumbu karang tentu akan menganggu pertumbuhan terumbu karang.
- Cahaya Matahari
Cahaya
matahari merupakan sumber energi utama di alam ini, demikian pula bagi terumbu
karang. Cahaya matahari diperlukan oleh Zooxanthella yang merupakan alga mikroskopik bersel tunggal dalam menghasilkan
oksigen bagi pertumbuhan terumbu karang. Intensitas dan kualitas cahaya yang
dapat menembus air laut sangat penting dalam menentukan sebaran vertikal karang
batu yang mengandungnya. Semakin dalam laut, semakin kurang intensitas cahaya
yang didapat atau dicapai yang berarti semakin berkurang populasi terumbu
karang di daerah tersebut.
- Kejernihan Air
Karang
batu yang hidup di bawah permukaan air memerlukan air laut yang bersih dari
kotoran-kotoran, oleh karena benda-benda yang terdapat di dalam air dapat menghalangi masuknya cahaya mata hari
yang diperlukan untuk hidup Zooxanthella. Di samping itu, endapan lumpur atau pasir
yang terkandung di dalam air akan diendapkan oleh arus sehingga akan dapat mengakibatkan
kematian pada terumbu karang.
- Kedalaman
Kedalaman
suatu substrat terumbu karang akan menentukan sebaran populasi terumbu karang
itu sendiri. Semakin dalam posisi substrat dari permukaan air, maka penetrasi
cahaya matahari dan suhu massa air semakin kecil sehingga pertumbuhan karang di
lokasi tersebut juga semakin berkurang. Walter menyatakan bahwa kedalaman edial untuk pertumbuhan terumbu karang
adalah sekitar 20 m dan masih bisa hidup sampai pada kedalaman tidak lebih dari
40 meter.
- Suhu Perairan
Suhu
terendah dimana karang batu dapat hidup yaitu 15ºC, tetapi kebanyakan ditemukan
pada suhu air diatas 18o C dan tumbuh sangat baik antara 25ºC - 29ºC.
Temperatur maksimum dimana terumbu karang masih hidup adalah 36ºC. Menurut
Suharsono, suhu terbaik untuk pertumbuhan karang batu adalah 25ºC - 31ºC dan masih dapat hidup pada suhu 15ºC, tetapi
perkembangbiakan, metabolisme dan pengapurannya akan terganggu.
- Salinitas Air Laut
Salinitas
dimana karang batu dapat hidup yaitu 27 - 40 %, tetapi mereka hidup paling baik
pada salinitas normal air laut yakni 36%. Perairan pantai akan terus menerus
mengalami pemasukan air tawar secara teratur dari aliran sungai, sehingga
salinitasnya berkurang yang akan mengakibatkan kematian terumbu karang, yang
juga membatasi sebaran karang secara lokal.
- Pengendapan
Endapan
yang berada di dalam air maupun di atas karang mempunyai pengaruh negatif
terhadap terumbu karang. Endapan yang berat akan menutupi dan menyumbat
struktur pemberi makanan yang ada dalam terumbu karang. Endapan di air
mengakibatkan cahaya untuk fotosintesis berkurang sehingga pertumbuhan terumbu
karang berkurang atau menghilang.
- Arus
Pergerakan
air atau arus diperlukan untuk tersedianya aliran suplai makanan jasad renik
dan oksigen maupun terhindarnya karang dari timbunan endapan. Di daerah terumbu
karang siang hari oksigen banyak diperoleh dari hasil fotosintesis Zoonxanthella dan dari kandungan oksigen yang ada di dalam massa air itu sendiri,
sedangkan di malam hari sangat diperlukan arus yang kuat yang dapat memberi
suplai oksigen yang cukup bagi fauna di terumbu karang. Di laut terbuka suplai
oksigen selalu mencukupi, tetapi di perairan yang agak tertutup pertumbuhan
karang batu lebih dihalangi oleh kekurangan makanan. Oleh karena itu pertumbuhan
terumbu karang di tempat yang airnya selalu teraduk oleh angin, arus dan ombak
lebih baik daripada yang tenang dan terlindung.
- Substrat
Planula
karang batu hanya dapat melekat pada substrat yang keras dan kuat seperti
cangkang, karang batu yang telah mati dan kerangka dari organisme lain.
Jenis-jenis
Terumbu Karang
Berdasarkan Kemampuan Produksi Kapur
- Karang Hermatipik
Karang hermatifik adalah karang yang dapat membentuk bangunan karang yang dikenal
menghasilkan terumbu dan penyebarannya hanya ditemukan di daerah tropis.
Karang hermatipik bersimbiosis mutualisme dengan Zooxanthellae, yaitu sejenis algae uniseluler (Dinoflagellata unisuler), seperti Gymnodinium
microadriatum, yang terdapat di jaringan-jaringan polip binatang karang dan
melaksanakan Fotosintesis.
Dalam simbiosis, Zooxanthellae menghasilkan oksigen dan senyawa organik melalui fotosintesis yang akan
dimanfaatkan oleh karang, sedangkan karang menghasilkan komponen anorganik berupa nitrat, fosfat dan karbon dioksida untuk keperluan
hidup Zooxanthellae Hasil samping dari aktivitas ini adalah
endapan kalsium karbonat yang struktur dan bentuk bangunannya khas.
Karang hermatipik mempunyai sifat yang
unik yaitu perpaduan antara sifat hewan dan tumbuhan sehingga arah pertumbuhannya selalu bersifat fototropik positif. Umumnya jenis karang ini hidup di perairan pantai/laut
yang cukup dangkal dimana penetrasi cahaya matahari masih sampai ke dasar
perairan tersebut. Disamping itu untuk hidup binatang karang membutuhkan
suhu air yang hangat berkisar antara 25-32 °C.
- Karang Ahermatipik
Karang ahermatipik tidak menghasilkan
terumbu dan ini merupakan kelompok yang tersebar luas diseluruh dunia.
Berdasarkan Bentuk dan Tempat Tumbuh
- Terumbu (Reef)
Endapan masif batu kapur (limestone),
terutama kalsium karbonat (CaCO3), yang utamanya dihasilkan oleh
hewan karang dan biota-biota lain, seperti alga berkapur, yang mensekresi
kapur, seperti alga berkapur dan Mollusca. Konstruksi batu kapur biogenis yang menjadi struktur dasar suatu ekosistem pesisir. Dalam dunia
navigasi laut, terumbu adalah punggungan laut yang terbentuk oleh batuan kapur
(termasuk karang yang masuh hidup) di laut dangkal.
- Karang (Coral)
Karang juga disebut karang batu (stony coral), yaitu hewan dari ordo Scleractinia, yang mampu mensekresi CaCO3. Karang batu termasuk ke
dalam kelas Anthozoa yaitu anggota filum Coelenterata yang hanya mempunyai stadium polip.
Dalam proses pembentukan terumbu karang maka karang batu (Scleratina) merupakan penyusun yang paling penting atau hewan
karang pembangun terumbu. Karang adalah hewan klonal yang tersusun atas
puluhan atau jutaan individu yang disebut polip.
- Karang Terumbu
Pembangun utama struktur karang terumbu, biasanya
disebut juga sebagai karang hermatipik (hermatypic coral) atau karang
yang menghasilkan kapur. Karang terumbu berbeda dari karang lunak yang tidak
menghasilkan kapur, berbeda dengan batu karang (rock) yang merupakan
batu cadas atau batuan vulkanik.
- Terumbu Karang
Ekosistem di dasar laut tropis yang
dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya
jenis-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang
hidup di dasar lainnya seperti jenis-jenis Mollusca, Krustasea, Echinodermata, Polikhaeta, Porifera, dan Tunikata, serta biota-biota lain yang hidup bebas di
perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton.
Berdasarkan Letak
- Terumbu Karang Tepi
Terumbu karang tepi atau karang penerus
atau fringing reefs adalah jenis terumbu karang paling
sederhana dan paling banyak ditemui di pinggir pantai yang terletak di daerah
tropis. Terumbu karang tepi berkembang di mayoritas pesisir pantai dari
pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan
pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses
perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya
bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada
pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal.
- Terumbu Karang Penghalang
Secara umum, terumbu karang penghalang
atau barrier reefs menyerupai terumbu karang tepi, hanya saja
jenis ini hidup lebih jauh dari pinggir pantai. Terumbu karang ini terletak
sekitar 0.52 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman
hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan
yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di
sekitar pulau sangat besar
atau benua dan membentuk
gugusan pulau karang yang terputus-putus.
- Terumbu
Karang Cincin
Terumbu karang cincin atau attols merupakan terumbu karang yang berbentuk
cincin dan berukuran sangat besar menyerupai pulau. Atol banyak ditemukan pada daerah tropis di Samudera Atlantik. Terumbu karang yang
berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau-pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan.
- Terumbu Karang Datar
Terumbu karang datar atau gosong terumbu (patch reefs),
kadang-kadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu
ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dalam kurun waktu geologi,
membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara
horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal.
Berdasarkan Zonasi
- Terumbu yang Menghadap Angin
Terumbu yang menghadap angin (dalam bahasa
Inggris berarti Windward reef), windward merupakan sisi yang menghadap arah
datangnya angin. Zona ini diawali oleh lereng terumbu yang menghadap ke arah
laut lepas. Di lereng terumbu, kehidupan karang melimpah pada kedalaman
sekitar 50 meter dan umumnya didominasi oleh karang lunak. Namun, pada kedalaman
sekitar 15 meter sering terdapat teras terumbu yang memiliki kelimpahan karang
keras yang cukup tinggi dan karang tumbuh dengan subur.
Terumbu ini mengarah ke dataran pulau atau gosong
terumbu, di bagian atas teras terumbu terdapat penutupan alga koralin yang cukup luas di punggungan bukit terumbu tempat pengaruh gelombang yang
kuat. Daerah ini disebut sebagai pematang alga. Akhirnya zona windward diakhiri
oleh rataan terumbu yang sangat dangkal.
- Terumbu yang Membelakangi Angin
Terumbu yang membelakangi angin (Leeward
reef) merupakan sisi yang membelakangi arah datangnya angin. Zona ini umumnya memiliki hamparan terumbu karang yang lebih sempit
daripada windward reef dan memiliki bentangan goba (lagoon) yang cukup lebar.
Kedalaman goba biasanya kurang dari 50 meter, namun kondisinya kurang ideal
untuk pertumbuhan karang karena kombinasi faktor gelombang dan sirkulasi air
yang lemah serta sedimentasi yang lebih besar.
Manfaat Terumbu Karang Bagi Kehidupan
Terumbu karang
merupakan salah satu potensi sumberdaya laut yang sangat penting di Indonesia.
Sumber daya terumbu
karang merupakan salah satu sumber pendapatan utama dan bagian dari hidup
nelayan. Terumbu karang juga mempunyai nilai estetika sangat tinggi yang dapat
dimanfaatkan sebagai objek wisata yang meningkatkan devisa negara. Disamping
itu, terumbu karang mempunyai fungsi yang
sangat penting diantaranya:
- Pelindung
ekosistem
pantai
Dari segi fisik, terumbu karang berfungsi sebagai
pelindung pantai dari erosi dan abrasi, struktur karang yang keras dapat
menahan gelombang dan arus sehingga mengurangi abrasi pantai dan mencegah
rusaknya ekosistim pantai lain seperti padang lamun dan mangrove.
- Rumah
bagi mahluk hidup di laut
Terumbu karang bagaikan oase di padang
pasir untuk lautan, karena makhluk
hidup perairan laut berkumpul untuk mencari makan, memijah,
membesarkan anaknya, dan berlindung. Bagi manusia, ini artinya terumbu karng
mempunyai potensial perikanan yang sangat besar, baik sebagai sumber makanan maupun
mata pencaharian mereka. Diperkirakan, terumbu karang yang sehat dapat
menghasilkan 25 ton ikan pertahun. Sekitar 500 juta orang di dunia
menggantungkan hidupnya pada terumbu karang, termasuk didalamnya 30 juta bergantung secara total
pada terumbu karang sebagai sumber mata pencaharian.
- Sumber
obat-obatan
Pada terumbu karang banyak terdapat
bahan-bahan kimia yang diperkirakan bisa menjadi obat bagi manusia. Saat ini
banyak penelitian mengenai bahan-bahan kimia tersebut untuk dipergunakan untuk
mengobati berbagai manusia.
- Objek
wisata
Terumbu karang yang bagus akan menarik
minat wisatawan sehingga meyediakan alternatif pendapatan bagi masyarakat
sekitar. Diperkirakan sekitra 20 juta penyelam, menyelam dan menikmati terumbu
karang pertahun.
- Daerah penelitian
Penelitian akan menghasilkan informasi
penting dan akurat sebagai dasar pengelolaan yang lebih baik. Selain itu,
organisme laut dan zat-zat yang terdapat di kawasan terumbu karang yang belum
pernah diketahui manusia sehingga perlu penelitian yang lebih intensif untuk
mengetahui ‘misteri’ laut tersebut.
- Sumber
mata pencarian
Banyak orang yang menggantungkan hidupnya
pada terumbu karang. Tentu saja mnjadikan terumbu karang sebagai sumber mata
pencarian harus di ikuti dengan rasa tanggung jawab sehingga tidak terjadi
eksploitasi yang terlalu berlebihan. Selain itu terumbu karang juga dapat
menjadi objek wisata yang tentunya dapat menambah pundi-pundi rupiah dari
wisatawan.
Keadaan Terumbu Karang Di Indonesia
Terumbu karang merupakan salah satu komponen
utama sumber dayapesisir dan laut, disamping hutan
mangrove dan padang lamun.
Terumbu karang dan segala kehidupan yang ada didalamnya merupakan salah satu
kekayaan alam yang dimiliki bangsa Indonesia yang tak ternilai harganya. Diperkirakan
luas terumbu karang yang terdapat di perairan Indonesia adalah lebih dari
60.000 km2, yang tersebar luas dari perairan Kawasan Barat Indonesia
sampai Kawasan Timur Indonesia. Indonesia merupakan
tempat bagi sekitar 1/8 dari terumbu karang Dunia (Cesar, 1997) dan merupakan
negara yang kaya akan keanekaragaman biota perairan dibanding dengan
negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Kerusakan karang di
Indonesia sangat jelas. Menurut data Pusat Penelitian Oseanografi (P2O)
LIPI Tahun 2009 saja, tercatat kalau luas terumbu karang Indonesia 70.000 kilo
meter persegi yang masih dalam kondisi sangat baik hanya 5,5 persennya saja.
Hal itu menunjukkan penurunan yang signifikan dari 2000 lalu yang mana pada
tahun itu terumbu karang yang kondisinya sangat baik mencapai 6,2 persen. Data LIPI 2009 juga menyebutkan
kalau terumbu karang yang kondisinya baik mencapai 26 persen, cukup baik 37
persen dan yang sudah mengalami kehancuran sebanyak 31,5 persen. Kenyataan
itulah yang nampak saat ini dan diprediksikan bakal akan terjadi lagi
kerusakan-kerusakan pada terumbu karang ke depannya. Di samping ulah jahil
tangan manusia, yang menjadi ancaman terumbu karang ke depannya adalah
pemanasan global yang berdampak pada perubahan iklim atau yang disebut dengan
climate change dan juga ancaman lainnya seperti sidemantasi, pencemaran laut,
serta sampah. Padahal, kerusakan terumbu karang saat ini yang mencapai 31,5
persen sangat sulit untuk dilakukan pemulihan. Apalagi pertumbuhan karang
lambat dan areal yang hancur sangat luas.
Penyebab Kerusakan Terumbu Karang di Indonesia
Fenomena alam dan
berbagai tindakan destruktif masyarakat mengancam kesehatan maupun keberadaan
terumbu karang. Ancaman terhadap terumbu karang dibagi menjadi
dua kategori yaitu ancaman bencana alam dan ancaman yang ditimbulkan oleh
manusia. Ancaman yang ditimbulkan oleh alam termasuk kerusakan akibat badai,
perubahan suhu. Sedangkan ancaman yag disebabkan oleh aktivitas manusia adalah:
1. Pengendapan kapur
Pengendapan kapur
dapat berasal dari penebangan pohon yang dapat mengakibatkan pengikisan tanah
(erosi) yang akan terbawa kelaut dan menutupi karang sehingga karang tidak
dapat tumbuh karena sinar matahari tertutup oleh sedimen.
2.
Aliran air tawar
Aliran air tawar yang
terus menerus dapat membunuh karang, air tawar tersebut dapat berasal dari pipa
pembuangan, pipa air hujan ataupun limbah pabrik yang tidak seharusnya mengalir
ke wilayah terumbu karang.
3.
Berbagai jenis limbah dan sampah
Bahan pencemar bisa
berasal dari berbagai sumber, diantaranya adalah limbah pertanian, perkotaan,
pabrik, pertambangan dan perminyakan.
4.
Pemanasan suhu bumi
Pemanasan suhu bumi
dikarenakan pelepasan karbon dioksida () ke udara. Tingginya kadar diudara
berpotensi meningkatan suhu secara global, sehingga karang
menjadi memutih (bleaching) seiring
dengan perginya Zooxanthelae dari jaringan kulit karang, jika terjadi
terus menerus maka pertumbuhan terumbu karang terhambat dan akan mati.
5.
Cara tangkap yang merusak dan dapat dikategorikan illegal fishing
Kegiatan illegal fishing adalah penggunaan alat
tangkap yang dapat merusak ekosistem seperti kegiatan penangkapan dengan pengeboman, penangkapan
dengan menggunakan racun serta penggunaan alat tangkap trawl pada daerah yang karang. Cara tangkap yang merusak
antara lain penggunaan racun dan bahan peledak. Penggunaan bahan peledak di
daerah terumbu karang akan menghancurkan struktur terumbu karang dan dapat
meninggalkan gunungan serpihan karang hingga beberapa meter lebarnya. Sisa
bahan racun dapat menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan terumbu karang,
yang ditandai dengan perubahan warna karang yang berwarna warni menjadi putih
yang lama kelamaan karang menjadi mati. Indikatornya adalah karang mati.
6.
Penambangan dan pengambilan karang
Pengambilan dan
penambangan karang umumnya digunakan sebagai bahan bangunan. Penambangan karang
berpotensi menghancurkan ribuan meter persegi terumbu dan mengubah terumbu
menjadi gurun pasir bawah air.
7.
Penambatan jangkar dan berjalan pada terumbu
Nelayan dan wisatawan
seringkali menambatkan jankar perahu pada terumbu karang. Jangkar yang
dijatuhkan dan ditarik diantara karang maupun hempasan rantainya yang sangat
merusak koloni karang.
8.
Lemahnya penegakan hukum serta kebijakan pemerintah
Lemahnya penegakan
hukum serta kebijakan pemerintah yang belum menunjukkan perhatian yang optimal
dalam mengelola sistem alami dan kualitas lingkungan kawasan pesisir dan lautan
khususnya terumbu karang.
Permasalahan Ekosistem Terumbu Karang
1. Aktivitas Daratan
Beberapa
aktifitas daratan yang merusak ekosistem terumbu karang antara lain, pemasukan
nutrien atau bahan pencemar ke laut yang melebihi ambang batas, intensifikasi
pertanian di DAS hulu, akan meningkatkan laju erosi tanah dan sedimentasi ke
laut, sedimentasi karena pengundulan hutan, tumpahan minyak serta buangan dari
kapal atau industri di sekita pantai, kegiatan pembangunan di pesisir seperti
kegiatan reklamasi, power plant.
2.
Over Fishing and Over Exploitation
Peningkatan
penangkapan ikan pemakan alga akan menyebabkan konsentrasi alga disekitar atau
dipermukaan karang menjadi tinggi sehingga menggangu proses fotosintesa dari
karang.
Overfishing
atau kegiatan penangkapan ikan yang berlebihan memberikan dampak perubahan pada
ukuran tingkat kelimpahan dan komposisi jenis ikan. Ikan merupakan salah satu
komponen yang ikut menyeimbangan ekosistem terumbu karang. Misalkan, terjadi
overfishing pada spesies ikan pemakan alga. Hal ini berakibat kepada meledaknya
populasi alga yang secara perlahan akan mampu menutupi populasi karang yang
ada. Selain itu, kegiatan perikanan yang bersifat
merusak, seperti pemakaian bahan peledak dan jaring insang, dapat membawa
kerusakan yang sangat ekstensif pada terumbu karang. Selain itu, penangkapan
dengan cara sejenis ini juga menyebabkan bertambah tingginya persentase
kematian ikan-ikan yang belum dewasa (Guntur, 2011)
Ancaman
utama terumbu karang berasal dari manusia yakni dengan cara penangkapan ikan
berlebihan, praktek penangkapan ikan yang merusak, juga sedimentasi serta
pencemaran yang berasal dari daratan. Persentase ancaman akibat penangkapan
ikan secara berlebihan dapat mencapai 64% dari luas keseluruhan,dan mencapai
53% akibat penangkapan ikan dengan metode yang merusak. Penangkapan ikan yang
tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku (Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan) salah satunya disebabkan oleh
kurangnya alternatif lahan mata pencaharian bagi nelayan yang tinggal di
pesisir dan di pulau sehingga tidak ada dorongan untuk meninggalkan industri
yang mereka jalani saat ini. Selain
itu pengeboman yang dilakukan oleh para pencari ikan membuat ikan mengalami
kematian massal yang juga diikuti dengan kehancuran karang yang menjadi rumah
mereka. Anehnya, manusia banyak yang acuh, karena yang ada dalam pikirannya
hanya mendapatkan hasil banyak dan berpikir kalau terumbu karang masih sangat
luas (Pratama, 2013).
3. Praktek Penangkapan Ikan
Praktek
penangkapan ikan yang merusak pengunaan bahan berbahaya atau beracun seperti
cyanide dan racun dapat merusak karang dalam skala yg luas.
Selain itu, kegiatan lain yang dapat
mengakibatkan rusaknya terumbu karang adalah penangkapan ikan menggunakan alat
tangkap trawl. Cara
kerjanya alat tangkap ini ditarik oleh kapal yang mana menyapu ke dasar perairan. Akibat
penggunaan pukat harimau secara terus menerus
menyebabkan kepunahan terhadap berbagai jenis sumber daya perikanan. Hal ini dikarenakan ikan-ikan kecil yang belum memijah tertangkap oleh alat ini sehingga tidak memiliki kesempatan untuk memijah dan memperbanyak spesiesnya. Selain hal tersebut, dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan alat tangkap ini pada daerah karang adalah rusaknya terumbu karang akibat tersangkut ataupun terbawa jaring. Jaring yang tersangkut akann menjadi patah dan akhirnya menghambat pertumbuhan dari karang itu sendiri. Apabila hal ini terus berlanjut maka ekosistem karang akan mengalami kerusakan secara besar-besaran dan berakibat pada punahnya ikan-ikann yang berhabitat pada daerah karang tersebut (Naibaho, 2011).
menyebabkan kepunahan terhadap berbagai jenis sumber daya perikanan. Hal ini dikarenakan ikan-ikan kecil yang belum memijah tertangkap oleh alat ini sehingga tidak memiliki kesempatan untuk memijah dan memperbanyak spesiesnya. Selain hal tersebut, dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan alat tangkap ini pada daerah karang adalah rusaknya terumbu karang akibat tersangkut ataupun terbawa jaring. Jaring yang tersangkut akann menjadi patah dan akhirnya menghambat pertumbuhan dari karang itu sendiri. Apabila hal ini terus berlanjut maka ekosistem karang akan mengalami kerusakan secara besar-besaran dan berakibat pada punahnya ikan-ikann yang berhabitat pada daerah karang tersebut (Naibaho, 2011).
4. Vessel Groundings and Anchoring
Metode
penambatan kapal dengan jangkar berpotensial merusak terumbu karang. Nelayan
dan wisatawan seringkali menambatkan jangkar perahu pada terumbu karang. Jangkar yang
dijatuhkan dan ditarik diantara karang maupun hempasan rantainya yang sangat
merusak koloni karang. Buangan
jangkar yang dilakukan oleh awak-awak kapal pada pesisir pantai secara
tidak sengaja akan merusak terumbu karang yang berada di bawahnya
5. Wisata Bahari dan Cinderamata
Aktivitas
wisata bahari seperti penyelam juga memberikan kontribusi terhadap laju
kerusakan akibat jangkar perahu atau terinjak penyelam pemula.
Aktivitas
wisata bahari dapat juga meningkatkan resiko kerusakan habitat terumbu karang. Terumbu
karang di Asia Tenggara mengalami peningkatan resiko kerusakan habitat oleh karena aktivitas
wisata bahari. Pariwisata bahari beresiko merusak habitat pesisir baik secara langsung maupun tidak
langsung. Interaksi wisatawan terhadap suatu habitat dapat mengganggu
keberadaan habitat tersebut. Sebagai contoh aktivitas penyelaman dapat mengakibatkan rusaknya
habitat terumbu karang oleh karena kecerobohan dari penyelam tersebut. Selain
oleh karena kerusakan secara langsung oleh kegiatan penyelaman, polutan dari
mesin kapal atau sampah-sampah domestik hasil kegiatan pariwisata lainnya dapat
mengakibatkan terganggunya habitat terumbu karang (Akbar, 2006).
6. Tidak ada Ekosistem Mangrove
Jika
tidak ada ekosistem mangrove yang efektif menyerap sedimen tanah, maka proses
sedimentasi ini akan menutupi permukaan karang sehingga karangnya mati.
Menurut
Arabaya dan Wanna, kerusakan
ekosistem
mangrove ini berakibat terancamnya biota laut dan sumberdaya ikan dan akan
berpengaruh terhadap hasil
tangkapan nelayan, karena hutan mangrove yang berfungsi sebagai tempat daerah pemijahan (spawining
ground), daerah pembesaran dan asuhan (nursery
ground) dan daerah mencari makan (feeding ground) telah rusak dan tinggal
sedikit. Untuk itu perlu solusi agar
biota laut dapat terselamatkan dan pemulihan sumberdaya ikan.
7. Pemanasan Global
Pemanasan
global akan menyebabkan suhu perairan meningkat di atas ambang batas kebutuhan
terumbu karang. Fenomena ini oleh banyak ahli diyakini sebagai penyebab
pemutihan kerang (coral bleaching).
Terumbu
karang merupakan salah satu biota laut yang mengalami kerusakan akibat
pemanasan global ini. Dengan kenaikan temperatur 1oC saja polip
karang mengalami stress berat dan jika berlangsung dalam waktu lama (3-6
bulan), akan menyebabkan lepasnya alga Zooxanthellae dalam tubuh hewan karang, dimana peristiwa ini disebut
pencucian/pemutihan karang (coral
bleaching). Meningkatnya temperatur perairan laut diluar batas normal,
tingginya intensitas sinar ultraviolet, meningkatnya kekeruhan dan sedimentasi,
serta kondisi salinitas yang tidak normal merupakan beberapa faktor penyebab
terjadinya coral bleaching. Namun mayoritas penyebabnya secara besar-besaran
dalam dua dekade terakhir lebih disebabkan oleh peningkatan temperatur perairan
laut (Marlina, 2012).
8. Pengendapan
Endapan
yang berada di dalam air maupun di atas karang mempunyai pengaruh negatif
terhadap terumbu karang. Endapan yang berat akan menutupi dan menyumbat
struktur pemberi makanan yang ada dalam terumbu karang. Endapan di air
mengakibatkan cahaya untuk fotosintesis berkurang sehingga pertumbuhan terumbu
karang berkurang atau menghilang.
Pengendapan
kapur dapat berasal dari penebangan pohon yang dapat mengakibatkan pengikisan
tanah (erosi) yang akan terbawa kelaut dan menutupi karang sehingga karang
tidak dapat tumbuh karena sinar matahari tertutup oleh sedimen (Rystanti, 2013).
9.
Aktivitas
Manusia
Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya
terumbu karang adalah menggunakan
peralatan untuk menangkap ikan yang tidak ramah lingkungan seperti bahan
peledak, bius, racun, dan lain lain. Pembuangan sampah atau limbah rumah tangga, pabrik, hotel, tambang,
dan perairan ke sungai atau laut. Pengambilan terumbu karang secara
besar-besaran dari koloninya secara paksa. Pemanasan global akibat aktivitas manusia,
menyebabkan terumbu karang memutih karena terlepasnya ganggang dari jaringan
terumbu.
Emisi
gas dan efek rumah kaca merugikan
terumbu karang akibat meningkatnya temperatur. Kenaikan jumlah yang dirasakan air laut
membuat jumlah karang yang dapat mengeras karena kapur atau tengah membentuk
terumbu menurun. Tetapi yang terjadi di Indonesia akibat maraknya aktivitas
pariwisata yang kini telah menjadi sumber ekonomi sebagian besar masyarakat
Indonesia, terutama di daerah daerah yang dekat dengan pantai. Kondisi ini terus berlangsung karena
berkorelasi dengan ketidak seriusan aparat penegak hukum serta lemahnya
sistem dan perangkat hukum.
10. Pemutihan Terumbu Karang
Penyebab pemutihan karang salah
satunya adalah kondisi perairan yang tidak mendukung, sehingga alga yang
bersimbiosis dengan hewan karang lepas, kondisi ini yang membuat karang tidak
mendapatkan asupan makanan karena tidak ada proses fotosintesis dan pigmen yang
terdapat pada karang mulai memudar.
Terumbu
karang Indonesia tidak lepas dari kasus pemutihan karang, di beberapa daerah
seperti Jakarta yang mengalami penurunan penutupan karang pada tahun 2007,
penurunan ini disebabkan adanya pencemaran minyak, eksploitasi biota secara
berlebihan, penggunaan bom untuk menangkap ikan dapat memberikan dampak negatif
bagi pertumbuhan karang, sehingga dapat memicu terjadinya penyakit karang
seperti pemutihan karang karena perubahan lingkungan/habitat karang yang kualitasnya semakin menurun (Estradivari et al
2007).
Teknologi Konservasi dan
Rehabilitasi Terumbu Karang
Strategi Pengelolaan Terumbu Karang
Suatu pengelolaan yang baik adalah yang
memikirkan generasi mendatang untuk dapat juga menikmati sumberdaya yang
sekarang ada. Dengan demikian dalam pengelolaan terumbu karang haruslah
mempertimbangkan hal sebagai berikut:
Pertama, melestarikan, melindungi,
mengembangkan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau kualitas terumbu
karang dan sumberdaya yang terkandung di dalamnya bagi kepentingan seluruh
lapisan masyarakat serta memikirkan generasi mendatang.
Kedua, mendorong dan membantu pemerintah
daerah untuk menyusun dan melaksanakan program-program pengelolaan sesuai
dengan karakteristik wilayah dan masyarakat setempat serta memenuhi standar
yang ditetapkan secara nasional berdasarkan pertimbangan-pertimbangan daerah yang menjaga antara upaya
ekploitasi dan upaya pelestarian lingkungan.
Ketiga, mendorong kesadaran, partisipasi dan
kerjasama/kemitraan dari masyarakat, pemerintah daerah, antar daerah dan antar
instansi dalam perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan terumbu karang.
Berdasarkan pertimbangan ter sebut di atas, maka dalam pengelolaan terumbu
karang diperlukan strategi sebagai berikut:
1.
Memberdayakan
masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu
karang:
a.
Mengembangkan
mata pencaharian alternatif yang bersifat berkelanjutan bagi masyarakat
pesisir.
b.
Meningkatkan
penyuluhan dan menumbuhkembangkan keadaan masyarakat akan tanggung jawab dalam
pengelolaan sumber daya terumbu karang dan ekosistemnya melalui
bimbingan, pendidik an dan penyuluhan tentang ekosistem terumbu karang.
c.
Memberikan
hak dan kepastian hukum untuk mengelola terumbu karang bagi mereka yang
memiliki kemampuan.
2.
Mengurangi
laku degradasi kondisi terumbu karang yang ada saat ini:
a.
Mengidentifikasi
dan mencegah penyebab kerusakan terumbu karang secara dini.
b.
Mengembangkan
program penyuluhan konservasi terumbu karang dan mengembangkan berbagai
alternatif mata pencaharian bagi masyarakat lokal yang memanfaatkannya.
c.
Meningkatkan
efektivitas
penegakan hukum terhadap berbagai kegiatan yang dilarang oleh hukum seperti
pemboman dan penangkapan ikan dengan Cyanide.
3.
Mengelola
terumbu karang berdasar kan karakteristik eko sistem, potensi, pemanfaatan dan
status hukumnya:
a.
Mengidentifikasi
potensi terumbu karang dan pemanfaatannya.
b.
Menjaga
keseimbangan antara pemanfaatan ekonomi dan pelestarian lingkungan.
Teknologi
Transplantasi Terumbu Karang Buatan
1.
Terumbu
karang buatan
Metode sederhana ini
adalah dengan menengelamkan struktur bangunan di dasar laut agar dapat
berfungsi seperti terumbu karang alami sebagai tempat berlindung ikan. Dalam
jangka waktu tertentu, struktur yang dibuat dengan berbagai bahan seperti
struktur beton berbentuk kubah dan piramida, selanjutnya membantu tumbuhnya terumbu karang alami di lokasi
tersebut. Dengan demikian, fungsinya sebagai tempat ikan mencari makan, serta
tempat memijah dan berkembang biak berbagai biota laut dapat terwujud.
2.
Pencangkokan
Metode ini dikenal
dengan transplantasi. Dengan memotong karang hidup, lalu ditanam di tempat lain
yang mengalami kerusakan diharapkan dapat mempercepat regenerasi terumbu karang
yang telah rusak dan dapat pula dipakai untuk membangun daerah terumbu karang
baru yang sebelumnya tidak ada.
Bibit karang yang
sering digunakan pada uji coba transplantasi ini adalah dari genus Acropora yang terdiri dari A tenuis, A austera, A formosa, A hyacinthus, A divaricata, A nasuta, A yongei, A aspera, A digitifera, A valida, dan A glauca. Hal tersebut diperkirakan karena spesies-spesies tersebut memiliki cabang yang kecil
dan mudah rapuh. Berdasarkan per tambahan tinggi masing-masing karang tersebut,
setelah berumur satu bulan pertambahan tinggi terbesar dialami oleh Acropora yongei (rata-rata 0,4 cm),
sedangkan pertambahan tinggi terkecil dialami Acropora digitifera,
yakni 0,1 cm.
3.
Mineral
Accretion
Metode ini
dikembangkan oleh Thomas J. Goreau and Wolf Hilbertz seorang ahli biologi dari
AS. Mereka mengkaitkan terumbu karang pada bronjong-bronjong kawat baja yang
dialiri listrik DC (direct current)
dengan voltage rendah. Aliran listrik yang mengalir melalui kawat baja tesebut
diharapkan dapat merangsang percepatan pertumbuhan karang. Hasil dari
transplantasi model ini ternyata lebih cepat 3-5 kali dibanding cara transplantasi
cara biasa.
Peran Empat Pilar dalam Masalah Terumbu Karang di Indonesia
- Pilar pendidikan
Dalam pilar ini melibatkan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, kami mengusulkan bahwa adanya pemberian
langkah konkret tentang pemeliharaan
terumbu karang dari tingkat pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Sejak dinia tertanam pengetahuan
tentang penyebab, dampak, dan upaya mengurangi kerusakan terumbu karang
sehingga akan tumbuh kesadaran dan timbulnya perilaku positif yang mendukung
upaya penanggulangan terumbu karang.
- Pilar
Pemerintahan
Dalam hal ini, Badan Lingkungan Hidup mengeluarkan kebijakan
dan pengawasan tentang memeliharakan kestabilan ekosistem di dalam laut. Selain
itu, terumbu karang juga bisa dijadikan pemerintah
sebagai objek wisata yang dapat meningkatkan pendapatan
- Pilar Masyarakat
Dalam hal ini, Lembaga
Kemasyarakatan dapat melakukan mensosialisasikan dan pengawasan di
lingkungan. Masyarakat juga berperan penting dalam menjaga kelestarian terumbu
karang, khususnya bagi para nelayan dengan cara tidak menggunakan racun atau
bom untuk menangkap ikan.
- Pilar Hukum
Lembaga-lembaga hukum menegakan hukum secara tegas dan
adil atas tindak penyelewengan yang dilakukan oleh oknum yang merusak
kelestarian ekosistem terumbu karang.
Peraturan Pemerintah Mengenai Terumbu Karang
Pengerusakan terumbu karang tersebut khususnya yang disebabkan oleh aktivitas
manusia, merupakan tindakan inkonstitusional. Dalam UU 1945 pasal 33 ayat 3
dinayatakan, “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pasal 33 ayat 3 ini merupakan landasan yuridis dan sekaligus merupakan arah
bagi pengaturan terhadap hal yang berkaitan dengan sumberdaya terumbu karang.
Selain itu, salah satu tujuan dari Strategi Konservasi Dunia 1980 adalah menetapkan
terumbu karang sebagai sistem ekologi dan penyangga kehidupan yang penting
untuk kelangsungan hidup manusia dan pembangunan berkelanjutan. Terumbu karang sebagai salah satu sumber daya alam yang ada di Indonesia,
pengelolaannya harus di dasarkan pada peraturan – peraturan di antaranya:
- UU RI
No. 4 Tahun 1982
tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
- UU RI
No. 9 Tahun 1985 tentang Perikanan.
- UU RI
No. 5 Tahun 1990
tentang Konservasi
Sumber daya Alam Hayati dan Ekosistem.
- UU RI
No. 9 Tahun 1990
Tentang Kepariwisataan.
- Peraturan pemerintah No. 29 Tahun 1986 tentang Analisis Dampak Lingkungan
SUMBER DATA:
Bengen, D.G. 1999.
Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir (sinopsis). Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir
dan Lautan IPB. Bogor.
Dahuri, Rokhim. 1999.Kebijakan
dan Strategi Pengelolaan Terumbu Karang. Lokakarya
Pengelolaan dan IPTEK Terumbu
Karang Indonesia : Jakarta.
Suharsono. 1996. Jenis-Jenis Karang Yang Umum Dijumpai di Perairan
Indonesia. Jakarta:
LIPI
Walters, J.S. 1994. Properly
right and participatory coastal management in the
Philippinesand Indonesian Coastal
Management in Tropical Asia.
3.
terimakasih infonya sangat bermanfaat, silahkan kunjungi http://bit.ly/2xrM4q6
BalasHapusThe merit casino
BalasHapusThe merit casino in Canada allows players 메리트카지노 to try out the site for free or real money. The merit casino has over 2,000 games on offer.